Dalem pembangunan MRT Jakarta, fase pertama yang
akan dibangun dari Lebak bulus sampai Bundaran HI sepanjang 15,7 kilometer
terdiri dari 7 stasiun laying dan 6
stasiun bawah tanah.
1. Stasiun
layang, meliputi; Lebak bulus, Fatmawati, Cipete, Haji nawi, Blok A, Blok M, Sisingamangaraja.
2. Stasiun
bawah tanah, meliputi; Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh atas,
Bundaran HI.
Adapun Tahapan-tahapan
konstruksi, sebagai berikut;
1.
Tahapan Prakonstruksi
a. Pengupasan
Jalur Hijau, meliputi penebangan pohon, relokasi, penanaman pohon kembali.
b. Relokasi
Utilitass Bawah Tanah, meliputi; pipa gas, pipa PDAM, kabel PLN, kabel
fiberotik, pipa air limbah.
c. Relokasi
Utilitas Atas Tanah, meliputi; gardu PLN, kabel-kabel PLN, tower signal komunikasi.
d. Relokasi
Sarana dan Prasarana Kota, meliputi; halte regular, halte transportasi,
jembatan penyebrangan, penerangan jalan
umum.
e. Pelebaran
Jalan, meliputi; pengupasan median jalan dan sebagiam jalur vegesstariat..
f. Rekayasa
Lalu Lintas yang dibantu oleh poolda metro jaya dan dinas perhubungan Daerah
Istimewa Jakarta, meliputi; untuk meminimalisir dampak pembangunan MRT dari
kemacetan kendaraan.
2.
Tahapan Konstruksi
a. Pemasangan
Secant Pile
Proyek Mass Rapid Transit Jakarta yang
dimiliki oleh PT MRT Jakarta direncanakan akan membangun sistem transportasi
massal berbasis rel dengan 7 stasiun melayang (elevated) dan 6 stasiun bawah
tanah (underground) pada tahap I. Pembangunan yang masih terganjal karena
masalah anggaran dan kondisi tanah Jakarta yang lunak dan rendah, mengakibatkan
diperlukannya alternatif perencanaan pembangunan stasiun bawah tanah yang
ekonomis dan efektif. Salah satunya adalah di Stasiun Bawah Tanah Dukuh Atas
yang memiliki 3 lantai sedalam 24 meter. Alternatif perencanaan yang dilakukan
pada dinding penahan tanah pada Stasiun Bawah Tanah Dukuh Atas dilakukan dengan
metode diaphragm wall, secant pile, dan soldier pile. Metode diaphragm wall
adalah pengecoran langsung beton pada tulangan yang dimasukan ke dalam tanah. Metode
secant pile adalah penyusunan tiang bor secara beririsan sehingga menjadi
dinding yang kokoh. Sedangkan metode soldier pile adalah kombinasi dinding
beton dan profil baja yang disusun dengan jarak tertentu antar profil yang
diisi oleh dinding beton. Tujuan dibuatnya alternatif ini agar dapat
membandingkan perencanaan antara satu dengan yang lain dalam hal kestabilan,
kekuatan, deformasi, dan keefektifan masing-masing metode. Secara rinci,
perbandingan dilakukan pada metode pelaksanaan dan material yang digunakan
sehingga dapat dilihat pengaruhnya pada kekuatan, deformasi, dan estimasi biaya
pembuatan dinding penahan tanah. Hasil yang didapatkan pada perhitungan tugas
akhir ini adalah dimensi material, kedalaman dinding, dan deformasi maksimum.
Pada diaphragm wall, didapatkan tebal diaphragm wall sebesar 1.2 meter dengan
kedalaman 31.3 meter dan deformasi maksimal 2.61 cm. Pada secant pile,
didapatkan diameter pile sebesar 1.2 meter dengan kedalaman 31.3 meter dan
deformasi maksimal 2.89 cm. Pada soldier pile, didapatkan profil baja H-beam
1000 x 450 x 16 x 38 BJ55 ditanam secara disambung sedalam 31.3 meter dengan
deformasi maksimal 2.93 cm. berdasarkan metode, hasil deformasi maksimal, dan
estimasi biaya yang didapatkan pada setiap alternatif, dipilih perencanaan
dengan menggunakan secant pile sebagai dinding penahan tanah.
Ilustrasi Pembangunan Stasiun Bawah Tanah MRT Jakarta
Foto Metode Top Down